Senin, 29 Agustus 2016

CONTOH PENDAHULUAN PKM-KC



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Dewasa ini perkembangan dunia tranportasi berkembang pesat. berkembangnya dunia tranportasi memudahkan kita dalam melahkukan aktifitas sehari-hari, misalnya kekantor, kesekolah, dan ketempat yang memiliki jarak yang jauh dari tempat tinggal kita.
            Alat Tranportasi itu memiputi kendaraan bermotor dari roda dua, roda empat sampai dengan kendaraan berat seperti truk. Kebanyakan orang indonesia mengunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor dalam bepergian. Mengunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor lebih fleksibel dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Dengan mengunakan motor orang akan terhindar dari kemacetan. Namun ingat dalam berkendara kita harus mematuhi peraturan berlalulintas yang baik dan benar.
            Mengunakan helm merupakan salah satu hal terpenting yang harus dituruti olen pengendara kendaraan bermotor. Helm berfungsi sebagai pelindung kepala dari benturan jika terjadi kecelakan. Disamping itu helm juga berfungsi pelindung dari terik matahari atau lebih dikenal dengan sebutan silau.
            Didunia ini kita tidak hanya merasakan teriknya matahari, namun kita juga akan merasakan bagaimana derasnya hujan saat musim hujan. Setiap penegndara bermotor khususnya sepeda motor harus menghadapi hal tersebut. Mungkin kebanyakan dari kita pernah mengendarai motor dengan mengunakan helm. Karena hujan membuat jarak pandang kita menjadi pendek karena kaca helm kita tekena air hujan. Sesekali kita mengunakan tangan kita untuk mebersihkan air pada kaca helm yang menggangu jarak pandang kita. pada saat tangan kita digunakan untuk memberiskan air di kaca helm, jadinya kita berkendara dengan satu tangan. Berkendara dengan satu tangan dapat membahayakan apa lagi pada saat hujan lebat.
            Meninjau dari permasalahan tersebut saya berinisiatif utuk menciptakan alat pembersih kaca helm yang dapat membantu pengendara bermotor untuk memudahkan pengendara dalam membersihakan kaca helm dari air hujan sehingga penegndara tidak mengunakan tangannya untuk mebersikan kaca helm dari air. Alat tesebut dinamai dengan “ Pembersih Kaca Helm
            Alat “Pembersih Kaca Helm” ini mengunakan konsep osilasi, yaitu dengan mengunakan termilal berbentuk lingkaran pada dynamo kecil yang dihubungkan ke batrai dengan teganagn 1,5 volt akan menimbilkan gerak osilasi pada karet bening yang dihubungkan pada terminal lingkaran tersebut. Karet bening selain dapat membersihkan air dari kaca helm karet tersebut tidak akan mengganggu focus pengendara, sehingga aman untuk digunakan.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan diselesaikan adalah sebagai berikut.
Untuk keamanan dan kenyamanan dalam berkendara pada saat musim hujan. Air hujan menyebabkan jarak pandang kita menjadi pendek karena kaca helm kita menjadi buram karena air hujan. Maka perlu diciptakan sebuah alat Pembersih Kaca Helm dengan konsep osilasi dan mengunakan karet bening pada pembersihnya. 
1.3 Tujuan
            Menciptakan alat pembersih kaca helm, dengan konsep osilasi dan mengunakan karet bening sehingga tidak menggagu fokus pengendara.
1.4 Luaran yang Diharapkan
            Luaran yang diharapkan adalah sebuah alat pembersih kaca yang bernama Pembersih Kaca Helm : solusi Aman dan Nyaman Saat Berkendara Di Musim Hujan
1.5 Kegunaan
            Kegunaan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
Menciptakan alat yang bernama pemebersih kaca helm dengan kegunaan sebagai berikut:
1.      Alat pembersih kaca helm digunakan mebantu mebersihkan air hujan yang menmpel pada kaca helm.
2.      Dengan adanya alat ini penegndara tidak perlu mengunakan tangan untuk membersihakan air pada kaca helm sehingga memperkecil terjadinya kecelakan.
Menciptakan rasa amandan nyaman dan tidak mengangu jarak pandang penegndara pada saat musim hujan saat berkendara mengunakan sepeda motor serta helm yang dilengkapi dengn pembersih kaca helm.

Kamis, 09 Oktober 2014

Perkembangan sosioemosional anak pada masa sekolah dasar
Perkembangan sosioemosional merupakan  proses individu melatih kepekaan yang ada pada dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama pada tekanan-tekanan dan tuntutan dalam kehidupan serta belajar untuk berinteraksi dengan berperilaku seperti orang lain di dalam lingkungan sosial. Perkembangan sosioemosional anak berlangsung sejak bayi secara bertahap dan melelui proses penguatan dan modeling (untuk ditiru). Interaksi seorang bayi dengan ibunya misalnya, melalui penguatan positif dan negatif. Seorang bayi akan menarik perhatian ibunya dengan tersenyum, mengoceh dan menangis. Penguatan positif ditunjukan dengan senyuman dan ocehan bayi sedangkan penguatan negatif ditunjukan dengan menangis.Seiring dengan bertambahnya usia pada anak, semakin berkembang pula emosional dan interaksi sosialnya. Ketika anak memasuki usia SD, perkembangan internal pribadi anak sendiri akan mendorong untuk memperluas lingkup pergaulan atau lingkungan sosialnya. Di sekolah anak akan mendapati lingkungan pergaulan baru, tidak hanya berinteraksi dengan keluarga, di sini ia mulai mengenal guru dan teman sekelasnya.
Menjalin hubungan pertemanan akan memperluas interaksi sosial anak. Dengan adanya pertemanan anak dapat menyalurkan keterampilan fisik dan komunikasi untuk memperluas hubungan dengan orang lain. Selain itu, anak juga dapat memenuhi kebutuhan sosial seperti kesamaan, harapan dan pola pikir. Perkembangan emosi pada usia ini sudah nampak melalui perasaan rasa tidak menyukai suatu hal, rasa malu, cemas dan kecewa. Jika ada teman yang menyakitinya anak akan mempunyai perasaan tidak suka bermain dengan anak tersebut. Perasaan malu ketika anak tidak bisa mengerjakan soal di depan kelas. Perasaan cemas pada saat tidak bisa mengerjakan ulangan dan perasaan kecewa pada saat mendapatkan hasil ulangan yang tidak memuaskan.
Konsep diri merupakan unsur penting dalam kepribadian. Konsep diri mengenai kemampuan, perilaku, harga diri dan kepribadiannya akan mempengaruhi bagaimana ia akan memperlakukan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Contohnya anak yang mempunyai konsep diri sebagai anak baik, tentu ia akan menjaga perilakunya dan berhati – hati dalam bertindak dan berinteraksi dengan orang lain. Kesadaran anak mengenai identitas jenis kelamin dan peranannya dipengaruhi faktor biologis dan sosial. Dari faktor biologis, tentu anak dapat melihat perbedaannya dari fisik. Perbedaan struktur genetik menyebabkan pria lebih cenderung agresif dan instrusif sementara wanita lebih cenderung inslusif dan pasif. Dari faktor sosial, misalnya di dalam keluarga, anak dapat melihat bagaimana peran ayah dan ibunya atau dengan kata lain peran pria dan wanita.
1.            Perkembangan sosial
Perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Dalam perkembangan sosial anak sekolah dasar kelompok dan permainan anak memegang peranan yang penting. Melalui kegiatan kelompok bermain, anak SD akan belajar bergaul dan bersosialisasi dengan anak-anak lain. Pada tahap sekolah dasar anak telah mampu menjalin pertemanan dan mampu melindungi temannya. Namun tidak dipungkiri bahwa masih ada sifat egosentris anak yang masih terdapat dalam dirinya. Dalam mendefinisikan dirinya dalam kelompok mereka telah mampu bertoleransi dengan temannya dan mampu memahami perasaan temannya.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial, diantaranya sebagai berikut.
  1. Pembangkangan (Negativisme)
Pembangkangan yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira-kira usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usai tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini dipandang pada usia yang wajar. Setelah usia empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat dan enam tahun, sukap membangkang/melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, seyogiyanya tidak memandangnya sebagi pertanda bahwa anak itu anak nakal, keras kepala, tolol atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mau memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent”  (ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.

b.             Agresi (aggression)
Agresi yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (vebal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Orang tua yang menghukum anak yang agresif, menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bisa meredam agresivitas anak tersebut.

  1. Berselisih/bertengkar (quarreling)
            Berselisih/bertengkar terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu
oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.

  1. Menggoda (teasing)
Menggoda yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang disekitarnya.

  1. Persaingan (rivarly)
Persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia enam tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan lebih baik.


  1. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerjasamanya, mereka masih kuat sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak lain.  Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.

  1. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
Tingkah laku berkuasa yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasi situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bussiness.”  Wujud dari tingkah lauk ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Kemampuan bersosialisai sangat berperan penting dalam perkembangn anak. Jika anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik maka wawasan mereka akan tidak berkembang. Kita ambil contoh misalnya ada anak kelas 2 SD, dia di beri PR oleh gurunya missal PR matematika jika dia tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisai dengan baik PR tersebut mungkin tidak di kerjakan, karena orang yang minim dalam komunikasi biasanya malu untuk bertanya. Berbicara masalah kemampuan bersosialisai ada beberapa faktor yang mempengaruinya, faktor tersebut diantaranya :
a.       Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
Semakin banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya, maka akan semakin banyak pula hal-hal yang dapat dipelajarinya, untuk menjadi bekal dalam meningkatkan keterampilan sosialisasi tersebut.

b.                                                                                                               Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan motivasi untuk bergaul juga akan semakin berkembang. Keadaan ini memberi peluang yang lebih besar untuk meningkatkan ketrampilan sosialisasinya. Dengan minat dan motivasi bergaul yang besar anak akan terpacu untuk selalu memperluas wawasanpergaulan dan pengalaman dalam bersosialisasi, sehingga makin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Sebaliknya bila seorang anak tidak memiliki minat dan motivasi untuk bergaul, akan cenderung menyendiri dan lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak banyak melibatkan dan menuntut hubungan dengan orang lain. Dengan demikian makin sedikit pengalaman bergaulnya dan makin sedikit pula yang dapat dipelajarinya tentang pergaulan yang dapat menjadi bekal untuk meningkatkan kemampuan sosialisasinya.
c.       Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi anak.
Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui cara“coba-salah” (trial and error) yang dialami oleh anak, melalui pengalaman bergaul atau dengan “meniru” perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak.

d.      Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya. Kemampuan berkomunikasi ini menjadi inti dari sosialisasi.
Konteks dalam bersosialisasi juga mempengaruhi perkembangan sosial anak, kerena dari konteks inilah anak memperoleh suatu pengalama yang nantinya bisa di terapkan dalam kehidupannya. Konteks yang di maksud antara lain:
a.                   Keluarga.
Keluarga merupakan tingkat mikro dalam kehidupan bermasyarakat. Disini lah kita akan memdapatkan pelajaran pertama sebelum kita terjun ke masyarakat, dalam keluarga pastinya ada ayah, ibu, anak, itu komponen terpenting dalam keluarga. Anak-nak akan memperoleh pendidikan dari orang tuanya.  Anak-anak tumbuh dewasa dalam keluarga yang beragam. Setiap keluarga mempunyai pola asuh yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya. Gaya pengasuhan orangtua snagat berpengaruh terhadap pembentukan sosial anak. Contohnya kita ambil contoh anak yang bernama ali, ali terlahir dari keluarga yang memiliki interaksi sosial yang lemah lembut. Orang tua ali mendidik alia tau mengasuh ali dengan cara tanpa kekerasan, dari itu lah dengan pengasuhan yang lembut ali akan mejadi anak yang lembutjuga dalam bersosialisai dalam kehidupan bermasyarakat.
b.      Keterlibatan orangtua dan hubungan sekolah – keluarga-masyarakat
Orang tua sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses perkembangan anak harus mendukung juga terlibat dalam proses pendidikan di sekolah oleh guru. Selain itu sebagai orang tua harus mampu menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Lemahnya pengawasan orang tua akan berakibat buruk untuk proses perkembangan anak. Tidak hanya orang tua pendidikan di sekolah juga sangat penting. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu untuk menghasilkan anak didk yang berkarakter. Pengaruh masyarakat terhadap anak harus ada keterlibatan orang tua karena anak pada masa sekolah dasar belum seutuhnya mampu menganalisia sesuatu maka dari itu keterlibatan orang tua sangat di perlukan pada konteks ini.
C. Teman Sebaya.
Selain keluarga dan guru, teman sebaya juga memainkan peran penting dalam perkembangan anak-anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam perkembangan sosioemosional anak-anak. Salah satu fungsi yang paling penting dari teman sebaya adalah untuk memberikan sumber imformasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga.
D. Sekolah
Disekolah, anak-anak menghabiskan bertahun-tahun waktunya sebagai anggota dari satu masyarakat terkecil yang memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan sosioemosional mereka. Dalam setiap kelas yang kita ajar, beberapa anak akan memiliki keterampilan sosial yang lemah, satu atau dua anak mungkin anak-anak yang ditolak, beberapa anak yang lain mungkin adalah anak-anak yang terabaikan. Ingatlahlah memperbaiki keterampilan sosial adalah lebih mudah ketika anak-anak berusia 10 tahun atau lebih mudah.
Perkembangan sosial akan baik jika anak mampu memilah hal yang mereka dapatkan di dalam kehidupan masyarakat. Karena perkembangan sosial yang baik akan menghasilkan anak yang baik pula.




2.      Perkembangan emosional
Perkembangan emosional anak sekolah dasar sudah mulai mengalami peningkatan dari masa prasekolah. Dimana mereka telah menyadari bahwa pengungkapan emosi yang secara kasar tidak akan diterima oleh masyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan dan mengungkapkan emosinya. Pada saat sekolah dasar ini mereka cenderung akan memulai mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan secara senang hati. Mereka mulai belajar mengemban tanggungjawab dan bersikaf yang baik dengan teman sepergaulan maupun orang-orang yang berada disekitar mereka. Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan  dengan perkembangan sosial (tingkah laku sosial).Orang di sekitar yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya, dunia sosioemosional anak menjadi semakin kompleks, interaksi dengan keluarga, teman, sekolah dan guru memiliki peran penting, pemahaman diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak, emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak, pergaulan yang semakin luas membuat anak belajar, bahwa emosi yang kurang baik tidak diterima oleh temannya, anak belajar mengendalikan emosi yang kurang dapat diterima orang lain, seperti: amarah, menyakiti perasaan orang lain, ketakutan dan sebagainya

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266) dalam (Perkembangan Peserta Didik (2002:156)). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mengkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional.
Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain:[1][2]
a.      Belajar dengan coba-coba
   Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

b.      Belajar dengan cara meniru
   Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

c.       Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

d.      Belajar Melalui Pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

e.       Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
         Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan decegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan-rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Perkembangan emosi pada anak masa sekolah dasar akan baik jika pengaruh lingkungannya juga baik. Karena perkembangan emosional tidak dapat dilepaskan dari perkembangn sosial pada anak. Perkembangan sosioemosional merupakan perkembangan yang sangat penting yang harus di kembangkan karena mulai dari perkembangan ini anak akan berinteraksi, bersosialisai, komunikasi dan mengatur tingkatan emosi jika semuanya dikembangkan dengan baik maka anak akan lebiih mudah untuk beradaptasi pada tingkatan selanjutnya yaitu remaja. Kemampuan bersosialisasi dan mengatur tingkatan emosi merupakan bekal utama yang akan di pakai nanti pada untuk menmghadapi masa remaja nanti.














Daftar pustaka
Daily,arifah.2013.Perkembangan Emosi Anak Sekolah Dasar. Terdapat pada : http://lumoshine.blogspot.com/2013/06/perkembangan-emosi-anak-usia-sekolah.html. Diakses pada tanggal 09 oktober 2014
alvitasusukan.2011. perkembangan sosial dan emosi anak.  Terdapat pada http://alvitasusukan.wordpress.com/2011/12/01/perkembangan-sosial-dan-emosi-anak/ di akses pada tanggal 08 oktober 2014
Kurnia,inggridwati.2011.perkembangan fisik Sosial peserta didik. Terdapat pada. http://educloud.fkip.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 08 oktober 2014
Boharudin.2011.faktor-faktor yang mempengaruhi emosi anak. Terdapat pada http://boharudin.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html di akses pada tanggal 08 oktober 2014.
Syaodin,ernawulan.2011.perkembangan sosio-emosional anak.  Terdapat pada : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf. Pada tanggal 09 oktober 2014.
Annisa,Akmala.2010.Perkembangan Fisik dan Perseptual Anak SD.[online]http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/perkembangan-fisik-dan-perseptual-anak-sd-301961.html